Archive for Mei 2012
Setumpuk kertas
~setumpuk hal yang ada dalam otakku. Banyak hal terbengkalai, ketika
pagi aku bangun memutari ruang dan kasur ini. Hanya hal itu, yah ritual
pagi yang menyenangkan. Aku menarik secarik kertas dan kutulis hal hal
yang amat sangat terpikir, MAKAN, MAIN, DIA, AWAN, BUNDA, dan hal lain,
yang entah apa maksudku, diriku otomatis saja, namun hanya misal~
tersadar akan hal ini, dia menengok jam dan oh sudah cukup siang. Giat pagi dan berangkat sekolah. Jalan pagi memegang lengan tas. Dia tersenyum dengan gayanya, kaki lusuh, sepatunya.
"Hai kawan?" "berapa banyak yang kau pikirkan sekarang? Haha" tawa dan tandas seorang teman dengan kekeh mengejek.
"entahlah, banyak hal kawan! Dan aku selalu menuliskannya pada kertas kertas putih."jawab dirinya dengan tawa renyah dan senyum yg ramah. Teman yang mulanya ingin mengejeknya, bingung bukan main. Ejekannya justru dianggap serius, dan sapaan hangat. Kini lelaki itu meneruskan jalannya.
Di sekolah, dia hanya memiliki seorang teman dekat. Kedekatan mereka entah karena apa, mereka sangat sangatlah senang untuk mendiskusikan hal hal aneh. Banyak teman lain segan akan kebodohan mereka dan banyak pula yang sinis pada apa yang mereka mampu.
"fuuh... Kalau beberapa awan kau amati pasti hilang, ya kan?" desahnya dan keluhnya pada karibnya.
"aku tau, tapi aku yakin, awan itu tidak hilang" senyum dan jawab karibnya. Dengan rambut sebahu dan mengesankan wajahnya. Ia tampak manis.
"Tak pernah hilang ya?! Betulkah?! Berarti jalan tiap orang pun begitu." dia memiringkan dan menyangga kepalanya;lesu. Gurat urat di lehernya terlihat jelas.
"memang"
"kalau aku mati, jalanku apa masih ada?"
"pasti!"
"kalau aku gila, apa jalanku masih nyata?"
"pasti!"
"bila otak dan akalku melupakan tiap detik hal yang ada?"
"aku tak tau kawan!"
"tapi aku mampu menjawabnya!"
"apa?"
"pasti!"
"kenapa?"
"aku mengalaminya, banyak hal yang aku terima, banyak surat yang aku baca, begitu banyak berita kudengar, aku hanya mengingat sampai ketika aku tidur"
"kenapa dngan kau?"
"ada waktunya"
"oke!" tutup sahabatnya
-----
Ia pulang dan ambil secarik kertas lalu menulis "CINTA". Kemudian mengambil lagi, dan menulis "UANG". Ia ulangi hal itu dan menulis kata kata "CELA", "AWAN", "LELAH", "MALAS", "OKE", "TIDUR", "JUJUR", "BAIK", "SEPI". Lalu meninggalkan kertas kertas itu diatas meja dengan begitu berantakan. Dia merebahkan diri, tercenung dengan bayangan dipan, ketika ia bayi. Dia merasuk dan menjadikan dirinya dalam lamunan tersebut. Sekian lama ia mengkhayal dan akhirnya tertidur.
----------
Sore hari, dia hanya bangun dan melamun. Kemudian ia memutari ruangan dalam rumahnya. Berputar kemudian menyaut handuk dan mandi. Tak banyak yang ia lakukan. Kemudian, ke depan rumah melihat sang bunda pulang. Setelah sebelumnya dia mengenakan pakaian dan menulis pada beberapa carik kertas; "INGAT", "HANCUR", "AIR MATA", "BATU", "LUBANG", dan "MATI". Bundanya pulang dengan haru birunya, "sayang, ngapain? Nunggu bunda ya? Ah, bunda udah pulang nih.. Masuk yuk!" ajak bunda.
"ih, siapa juga yang nunggu bunda. Orang aku lagi liatin orang lewat sama daun daun yg joget noh. hehe" ledek dia pada bunda, tapi ia tetap mengikuti bundanya masuk rumah. "eh kamu abis ngapain sih?"
"katanya suruh masuk?! Gimana nih bunda?!" dia duduk lagi.
"enggak . . Maksud bunda, itu kertasnya banyak banget, berantakan lagi"
"biar bun, entar aku deh yang mberesin" dia memencet remote TV dan menonton acara 'Wild Animal'. Tangannya bergerak mengambil beberapa kertas dan menulis "AKHIR", "SAYANG", "BUNDA", "MERAH", "LINANG", "TANGIS" dan "PUDAR". Ia pun hanya meninggalkannya berserakan diatas meja yang tadi, bersama dengan kertas kertas sebelumnya. Dan ia pun pergi.
---------
Malam hari, ibunda yang sabar dan berwajah cantik namun lelah itu merenung. "anakku. . . Semata wayang. . . 15 tahun dalam penderitaan. Anakku semata wayang. Jangan kau begitu, kau buat bunda sedih." bunda itu menutup renungannya dengan do'a untuk anaknya.
----------
Pagi hari, sang anak bangun, begitupun bundanya. Dia melamun sebentar dan memutasi kasur dan ruangannya. Mengambil 2 carik kertas dan menulis "aku akan pergi lebih awal" dan "INDAH". Lalu berjalan mantap ke kamar mandi. Hingga tiba tiba kepalanya terasa berputar, pening, ia merasa bumi dan yang lain berevolusi terhadap dirinya. Tangannya bersandar. Ia jatuh, dan kepalanya terbentur sudut pijakan, darah mengucur, sang Bunda segera menolong dan membawa anaknya ke Rumah Sakit dengan ambulans yang ia telfon dengan buru buru dan segera. Namun, ketika ia sampai di ICU, nyawanya telah hilang dari raga. Ia telah menghembuskan nafas terakhirnya. Anak semata wayang bunda telah pergi.
--------
sang ibu pulang dengan duka yang dalam. Dan di rumah ia menangis terduduk di tepi dipan, pikirannya melayang, mengenang akan gelas di rumahnya yang biasa digunakan untuk anaknya minum, dan tentu favoritnya. mata yang nanar, ruangan yang kelam, berjalan ia mendekati kasur yang masih teronggok untuk tidur anaknya. terputar film masa mudanya, mendekat dan mendekat, tenggorokannya tercekat. Ia menangis tersedu, pilu sekali. "anakku, anakku, anakku, anakku, disini bunda sendiri, tiada kawan. Anakku,, kau tinggal bunda sendiri." Teriak bunda itu penuh pilu. Kemudian ia bersandar dan menemukan 2 carik kertas yang bertuliskan "Aku akan pergi lebih awal" dan "INDAH". kemudian ia melihatn kertas lain ada di atas meja anaknya. "INGAT, MATI, AIR MATA, CINTA, OKE, HANCUR, BATU, BAIK, JUJUR, LUBANG TIDUR, AWAN, UANG, MALAS, LELAH, SEPI, CELA, banyak sekali anakku, kau robek kertas ini, kau menjadikan aku lebih sedih. Semua yang kau tulis anakku, hebat sekali!!". Kini sang bunda menghentikan bacanya ia terlihat tidak membaca hal hal duka pada kertas lain, ia berjalan jauh lebih ringan, bergerak meski duka itu menyelimuti. Bunda itu masuk kamarnya, hancur sekali perasaannya. Ia mengambil tasnya, dan merogoh untuk mencari sesuatu, pulpen dan buku. Entah apa yang akan dilakukan. Kemudian
----------
Ia menulis " Nak, bunda tahu keadaanmu, bunda telah beberapa kali meyakinkan diri bunda, tapi bunda selalu tak bisa. Bunda selalu ingat nak, ketika kau kecil dulu, bunda dan ayahandamu baru memilikimu, mengetahui bahwa kau cerdas, namun 1 tahun umurmu nak, bunda dan ayah terkejut. kau begitu kasihan. Dokter memvonismu memiliki kelainan pada syaraf otak dan tulang belakangmu. Sehingga, kamu tak dapat mengingat dalam jangka panjang dan akan terhapus bila kau terlelap. Tapi, kau sedikit terbantu dengan sedikit kecerdasanmu. Kau mampu melewati ini dengan caramu sendiri. Nak, Ibunda tahu kalau kebiasaanmu melamun ketika pagi hari terjaga adalah mencoba mengingat memori yang hilang kan nak??? Tapi tak bisa kan nak??? Lalu kau mencoba merekam kembali semuanya dengan menjelajahi tiap sudut ruangan.Kau menemukan foto dirimu mengenakan pakaian SMA, kau menemukan fotoku bersama ayahmu yang telah meninggal disaat usiamu 5 tahun. Tahukah kau nak?? tiap kau melakukan gerak gerikmu, bunda mengamatimu dan menangis dalam batin bunda. pun begitu ketika kau menunggu di depan rumah, di serambi seraya mengerjapkan mata dan mencoba mengenali aku. Kau membuatku terharu nak. Masih segar dalam ingatan bunda, ketika kau mulai dewasa dan umurmu 12 tahun, dan kau kuberi tahu kelainanmu ini, kau menangis, bertanya kenapa, kesana, kemari, kau buatku pilu nak. Kau kemudian bertanya masa kecilmu dan kemudian ku perlihatkan kau album fotomu dari rak dekat kamarku. Tapi, sungguh tersayat hatiku, ketika esok harinya, kau lupa semua hal yang kuberi tahu dan kuperlihatkan.
Kau lupa dimana aku menyimpan album fotomu dan apa tentang kelainanmu. kemudian, aku menyerah memberitahumu. Bunda sadar ketika kau mulai beranjak dewasa dan kau mulai menemukan seorang sahabat yang dekat denganmu dan kau selalu dapat mengingatnya, ketika kau bangun dari tidurmu. bunda tau kau mencintainya nak, bunda tau. Itu sebabnya bunda menemukan kertas bertuliskan "CINTA" di paling bawah mejamu. Itulah hal yang paling ingin kau ingat kan nak???
Bunda pun tau apa maksudmu menuliskan 1 kata tiap satu carik kertas. Itu adalah tema yang paling ingin kau ingat kan nak?? Tapi taukah kau nak??? Kata-kata itu seolah memberi pesan pada bunda darimu, seolah-olah kertas kertas itu berpesan ; aku akan pergi lebih awal, aku akan mati, tiap hari aku dicela. Seolah sikapku yang baik dan jujur tiada guna. Oke aku akan tidur saja di tempat indah, surga tentunya, dengan awan putih. Jika itu terjadi, jangan bunda geraikan air mata untukku, tegarlah seperti batu karang yang tiada hancur dihempas ombak. Jika bunda melihat lubang dihati bunda, maka bunda pasti akan ingat padaku. Jadi bunda jangan sedih dan hancur yaa???!! daaaahhhh ; . Itulah kata kata yang kudengar dari kertas kertasmu ini nak. Tapi aku belum tau maksudmu menulis uang. Bunda janji akan selalu mengenangmu dan menjaga kertas-kertasmu ini nak. Ibunda tumpuk ya nak.. dekat album fotomu ini nak. Ibunda pasti selalu merindukanmu, susul ayahmu ya naak...".
Kemudian sang bunda menangis dengan penuh isak dan terpaku pada kursinya, menunduk dan kelam suasana hatinya.
-------------
Saat ini adalah masa orientasi mahasiswa baru (Osmaru) atau biasa dikenal ospek. Dalam agenda kegiatan ospek ini, tiap mahasiswa harus menceritakan kisah yang paling membekas di hatinya. Kemudian majulah Rinda, kawan akrab Rendi, sesorang yang amat sangat berharga pada masa SMA dan selamanya yang telah meninggal pada usianya 16 tahun. Rinda pun menceritakan kisah Rendi dan iapun berkata, setengah dari biaya masuknya untuk kuliah ini berasal dari uang tabungan Rendi yang Rendi berikan 2 hari sebelum ia berikan dengan cara mengatasnamakan uangnya atas nama Rinda Nur Fatma, kendati saat itu pun Rinda sangat bingung dibuatnya. Di akhir ceritanya, ia berkata " Rendi adalah sahabat terbaik, ia akan menjadi kenangan manis untukku, dia kan selalu kurindukan dan aku tak bisa dan aku tak bisa lagi mengungkapkannya dengan kata kata. Hanya hatiku yang tahu dan aku juga bersyukur telah memberi tahu Bunda Rendi tentang kertas bertuliskan "UANG" itu, dan ia bahagia serta merelakannya untukku, dan ia pun bangga pernah memiliki Rendi. Aku selalu mendoakannya dan merindukannya selalu. sekian... Terimakasih" Ia menutup dengan tangis yang haru, dan banyak pula kawan 1 litting dan seniornya yang ikut menangis dibuatnya.
KARYA : ERDA ADHITYA BUDHI
tersadar akan hal ini, dia menengok jam dan oh sudah cukup siang. Giat pagi dan berangkat sekolah. Jalan pagi memegang lengan tas. Dia tersenyum dengan gayanya, kaki lusuh, sepatunya.
"Hai kawan?" "berapa banyak yang kau pikirkan sekarang? Haha" tawa dan tandas seorang teman dengan kekeh mengejek.
"entahlah, banyak hal kawan! Dan aku selalu menuliskannya pada kertas kertas putih."jawab dirinya dengan tawa renyah dan senyum yg ramah. Teman yang mulanya ingin mengejeknya, bingung bukan main. Ejekannya justru dianggap serius, dan sapaan hangat. Kini lelaki itu meneruskan jalannya.
Di sekolah, dia hanya memiliki seorang teman dekat. Kedekatan mereka entah karena apa, mereka sangat sangatlah senang untuk mendiskusikan hal hal aneh. Banyak teman lain segan akan kebodohan mereka dan banyak pula yang sinis pada apa yang mereka mampu.
"fuuh... Kalau beberapa awan kau amati pasti hilang, ya kan?" desahnya dan keluhnya pada karibnya.
"aku tau, tapi aku yakin, awan itu tidak hilang" senyum dan jawab karibnya. Dengan rambut sebahu dan mengesankan wajahnya. Ia tampak manis.
"Tak pernah hilang ya?! Betulkah?! Berarti jalan tiap orang pun begitu." dia memiringkan dan menyangga kepalanya;lesu. Gurat urat di lehernya terlihat jelas.
"memang"
"kalau aku mati, jalanku apa masih ada?"
"pasti!"
"kalau aku gila, apa jalanku masih nyata?"
"pasti!"
"bila otak dan akalku melupakan tiap detik hal yang ada?"
"aku tak tau kawan!"
"tapi aku mampu menjawabnya!"
"apa?"
"pasti!"
"kenapa?"
"aku mengalaminya, banyak hal yang aku terima, banyak surat yang aku baca, begitu banyak berita kudengar, aku hanya mengingat sampai ketika aku tidur"
"kenapa dngan kau?"
"ada waktunya"
"oke!" tutup sahabatnya
-----
Ia pulang dan ambil secarik kertas lalu menulis "CINTA". Kemudian mengambil lagi, dan menulis "UANG". Ia ulangi hal itu dan menulis kata kata "CELA", "AWAN", "LELAH", "MALAS", "OKE", "TIDUR", "JUJUR", "BAIK", "SEPI". Lalu meninggalkan kertas kertas itu diatas meja dengan begitu berantakan. Dia merebahkan diri, tercenung dengan bayangan dipan, ketika ia bayi. Dia merasuk dan menjadikan dirinya dalam lamunan tersebut. Sekian lama ia mengkhayal dan akhirnya tertidur.
----------
Sore hari, dia hanya bangun dan melamun. Kemudian ia memutari ruangan dalam rumahnya. Berputar kemudian menyaut handuk dan mandi. Tak banyak yang ia lakukan. Kemudian, ke depan rumah melihat sang bunda pulang. Setelah sebelumnya dia mengenakan pakaian dan menulis pada beberapa carik kertas; "INGAT", "HANCUR", "AIR MATA", "BATU", "LUBANG", dan "MATI". Bundanya pulang dengan haru birunya, "sayang, ngapain? Nunggu bunda ya? Ah, bunda udah pulang nih.. Masuk yuk!" ajak bunda.
"ih, siapa juga yang nunggu bunda. Orang aku lagi liatin orang lewat sama daun daun yg joget noh. hehe" ledek dia pada bunda, tapi ia tetap mengikuti bundanya masuk rumah. "eh kamu abis ngapain sih?"
"katanya suruh masuk?! Gimana nih bunda?!" dia duduk lagi.
"enggak . . Maksud bunda, itu kertasnya banyak banget, berantakan lagi"
"biar bun, entar aku deh yang mberesin" dia memencet remote TV dan menonton acara 'Wild Animal'. Tangannya bergerak mengambil beberapa kertas dan menulis "AKHIR", "SAYANG", "BUNDA", "MERAH", "LINANG", "TANGIS" dan "PUDAR". Ia pun hanya meninggalkannya berserakan diatas meja yang tadi, bersama dengan kertas kertas sebelumnya. Dan ia pun pergi.
---------
Malam hari, ibunda yang sabar dan berwajah cantik namun lelah itu merenung. "anakku. . . Semata wayang. . . 15 tahun dalam penderitaan. Anakku semata wayang. Jangan kau begitu, kau buat bunda sedih." bunda itu menutup renungannya dengan do'a untuk anaknya.
----------
Pagi hari, sang anak bangun, begitupun bundanya. Dia melamun sebentar dan memutasi kasur dan ruangannya. Mengambil 2 carik kertas dan menulis "aku akan pergi lebih awal" dan "INDAH". Lalu berjalan mantap ke kamar mandi. Hingga tiba tiba kepalanya terasa berputar, pening, ia merasa bumi dan yang lain berevolusi terhadap dirinya. Tangannya bersandar. Ia jatuh, dan kepalanya terbentur sudut pijakan, darah mengucur, sang Bunda segera menolong dan membawa anaknya ke Rumah Sakit dengan ambulans yang ia telfon dengan buru buru dan segera. Namun, ketika ia sampai di ICU, nyawanya telah hilang dari raga. Ia telah menghembuskan nafas terakhirnya. Anak semata wayang bunda telah pergi.
--------
sang ibu pulang dengan duka yang dalam. Dan di rumah ia menangis terduduk di tepi dipan, pikirannya melayang, mengenang akan gelas di rumahnya yang biasa digunakan untuk anaknya minum, dan tentu favoritnya. mata yang nanar, ruangan yang kelam, berjalan ia mendekati kasur yang masih teronggok untuk tidur anaknya. terputar film masa mudanya, mendekat dan mendekat, tenggorokannya tercekat. Ia menangis tersedu, pilu sekali. "anakku, anakku, anakku, anakku, disini bunda sendiri, tiada kawan. Anakku,, kau tinggal bunda sendiri." Teriak bunda itu penuh pilu. Kemudian ia bersandar dan menemukan 2 carik kertas yang bertuliskan "Aku akan pergi lebih awal" dan "INDAH". kemudian ia melihatn kertas lain ada di atas meja anaknya. "INGAT, MATI, AIR MATA, CINTA, OKE, HANCUR, BATU, BAIK, JUJUR, LUBANG TIDUR, AWAN, UANG, MALAS, LELAH, SEPI, CELA, banyak sekali anakku, kau robek kertas ini, kau menjadikan aku lebih sedih. Semua yang kau tulis anakku, hebat sekali!!". Kini sang bunda menghentikan bacanya ia terlihat tidak membaca hal hal duka pada kertas lain, ia berjalan jauh lebih ringan, bergerak meski duka itu menyelimuti. Bunda itu masuk kamarnya, hancur sekali perasaannya. Ia mengambil tasnya, dan merogoh untuk mencari sesuatu, pulpen dan buku. Entah apa yang akan dilakukan. Kemudian
----------
Ia menulis " Nak, bunda tahu keadaanmu, bunda telah beberapa kali meyakinkan diri bunda, tapi bunda selalu tak bisa. Bunda selalu ingat nak, ketika kau kecil dulu, bunda dan ayahandamu baru memilikimu, mengetahui bahwa kau cerdas, namun 1 tahun umurmu nak, bunda dan ayah terkejut. kau begitu kasihan. Dokter memvonismu memiliki kelainan pada syaraf otak dan tulang belakangmu. Sehingga, kamu tak dapat mengingat dalam jangka panjang dan akan terhapus bila kau terlelap. Tapi, kau sedikit terbantu dengan sedikit kecerdasanmu. Kau mampu melewati ini dengan caramu sendiri. Nak, Ibunda tahu kalau kebiasaanmu melamun ketika pagi hari terjaga adalah mencoba mengingat memori yang hilang kan nak??? Tapi tak bisa kan nak??? Lalu kau mencoba merekam kembali semuanya dengan menjelajahi tiap sudut ruangan.Kau menemukan foto dirimu mengenakan pakaian SMA, kau menemukan fotoku bersama ayahmu yang telah meninggal disaat usiamu 5 tahun. Tahukah kau nak?? tiap kau melakukan gerak gerikmu, bunda mengamatimu dan menangis dalam batin bunda. pun begitu ketika kau menunggu di depan rumah, di serambi seraya mengerjapkan mata dan mencoba mengenali aku. Kau membuatku terharu nak. Masih segar dalam ingatan bunda, ketika kau mulai dewasa dan umurmu 12 tahun, dan kau kuberi tahu kelainanmu ini, kau menangis, bertanya kenapa, kesana, kemari, kau buatku pilu nak. Kau kemudian bertanya masa kecilmu dan kemudian ku perlihatkan kau album fotomu dari rak dekat kamarku. Tapi, sungguh tersayat hatiku, ketika esok harinya, kau lupa semua hal yang kuberi tahu dan kuperlihatkan.
Kau lupa dimana aku menyimpan album fotomu dan apa tentang kelainanmu. kemudian, aku menyerah memberitahumu. Bunda sadar ketika kau mulai beranjak dewasa dan kau mulai menemukan seorang sahabat yang dekat denganmu dan kau selalu dapat mengingatnya, ketika kau bangun dari tidurmu. bunda tau kau mencintainya nak, bunda tau. Itu sebabnya bunda menemukan kertas bertuliskan "CINTA" di paling bawah mejamu. Itulah hal yang paling ingin kau ingat kan nak???
Bunda pun tau apa maksudmu menuliskan 1 kata tiap satu carik kertas. Itu adalah tema yang paling ingin kau ingat kan nak?? Tapi taukah kau nak??? Kata-kata itu seolah memberi pesan pada bunda darimu, seolah-olah kertas kertas itu berpesan ; aku akan pergi lebih awal, aku akan mati, tiap hari aku dicela. Seolah sikapku yang baik dan jujur tiada guna. Oke aku akan tidur saja di tempat indah, surga tentunya, dengan awan putih. Jika itu terjadi, jangan bunda geraikan air mata untukku, tegarlah seperti batu karang yang tiada hancur dihempas ombak. Jika bunda melihat lubang dihati bunda, maka bunda pasti akan ingat padaku. Jadi bunda jangan sedih dan hancur yaa???!! daaaahhhh ; . Itulah kata kata yang kudengar dari kertas kertasmu ini nak. Tapi aku belum tau maksudmu menulis uang. Bunda janji akan selalu mengenangmu dan menjaga kertas-kertasmu ini nak. Ibunda tumpuk ya nak.. dekat album fotomu ini nak. Ibunda pasti selalu merindukanmu, susul ayahmu ya naak...".
Kemudian sang bunda menangis dengan penuh isak dan terpaku pada kursinya, menunduk dan kelam suasana hatinya.
-------------
Saat ini adalah masa orientasi mahasiswa baru (Osmaru) atau biasa dikenal ospek. Dalam agenda kegiatan ospek ini, tiap mahasiswa harus menceritakan kisah yang paling membekas di hatinya. Kemudian majulah Rinda, kawan akrab Rendi, sesorang yang amat sangat berharga pada masa SMA dan selamanya yang telah meninggal pada usianya 16 tahun. Rinda pun menceritakan kisah Rendi dan iapun berkata, setengah dari biaya masuknya untuk kuliah ini berasal dari uang tabungan Rendi yang Rendi berikan 2 hari sebelum ia berikan dengan cara mengatasnamakan uangnya atas nama Rinda Nur Fatma, kendati saat itu pun Rinda sangat bingung dibuatnya. Di akhir ceritanya, ia berkata " Rendi adalah sahabat terbaik, ia akan menjadi kenangan manis untukku, dia kan selalu kurindukan dan aku tak bisa dan aku tak bisa lagi mengungkapkannya dengan kata kata. Hanya hatiku yang tahu dan aku juga bersyukur telah memberi tahu Bunda Rendi tentang kertas bertuliskan "UANG" itu, dan ia bahagia serta merelakannya untukku, dan ia pun bangga pernah memiliki Rendi. Aku selalu mendoakannya dan merindukannya selalu. sekian... Terimakasih" Ia menutup dengan tangis yang haru, dan banyak pula kawan 1 litting dan seniornya yang ikut menangis dibuatnya.
KARYA : ERDA ADHITYA BUDHI