Posted by : Anonim Selasa, 10 Juni 2014

Hai Kawan,
malam ini aku akan coba memberitahumu sesuatu...
sesuatu yang selama ini kusembunyikan dibalik ketiakku..
yaah, di kamar yang remang ini aku hidup, dalam kesederhanaan dan terkadang kebingungan..
belajar, mengerjakan tugas, sekedar tertawa terhibur karena hal lucu itu sudah menjadi rutinku di kamar ini..
Kawan, kamar ini begitu menarik jika kau kemari, maka kau akan melihat sisi kanan dan kiriku adalah kamar yang sama. Hanya berbeda penataan sesuai masing-masing. Jadi pastikan kau tidak tersesat!
Jangan bosan dulu membaca ceritaku
Sekarang ini aku sedang di kamar ini, sedang menuliskan dan memikirkan hal-hal yang sudah kusembunyikan dibalik ketiakku, kau tau, biarkan aku bercerita :)
          Aku sering dan teramat sering melihat seorang ibu berpakaian lusuh, namun badannya masih sehat dan bugar, dia meminta-minta di area kampus dimana aku belajar, aku ingat betul wajah dan perawakannya, aku merasa kalo aku sudah sering memberinya uang, niatku ikhlas memberi, sekali, dua kali, hingga berkali-kali. Sampai-sampai aku hapal wajahnya, hatiku jadi dongkol rasanya. Sampai ketika aku tidak lagi memberinya uang ketika dia meminta-minta. Kau tau apa yang hatiku gumamkan pada saat itu? "aku tidak tau seberapa dia butuh uang, sekali dua kali minta itu gapapa, tapi kayaknya kalo dikasih terus, dia pikir aku ini orang yang sangat baik yang akan memberi uang ketika ada yang meminta. enak banget! orang tuaku aja banting tulang cari uang buat mbiayain aku, ngasih aku uang buat makan, disini aku malah kasih kesana-sini ga jelas! ah udah ga mau kukasih lagi. biar tau biar usaha sendiri!"
          Setelah waktu-waktu berlalu ia datang, aku selalu tak memberi bahkan pernah aku berpura-pura tak mendengar ucapannya. Dia hanya berlalu sambil terkadang senyum, atau terkadang terlihat iba, memang pada saat itu aku merasa amat kasihan terhadapnya, namun aku ingin memberi pelajaran kepadanya, bahwa kalau ia berusaha ia masih bisa mendapat rezeki yang cukup dengan keringatnya sendiri.
         Namun, kau tau kawan, aku sungguh naif, hanya memaksakan pemikiran idealku padanya, bahkan tanpa mengucapkan intensiku. Aku hanya dari hari ke hari semakin muak melihat wajahnya, bukan aku tak punya rasa iba atau tak berjiwa sosial, bukan! Tapi entah bagaimana ekspresi wajah yang diperlihatkan ketika dia meminta-minta sudah sangatlah lemas sekarang, lemas dalam artian terbiasa. Ia bisa menjadi orang yang perlu dikasihani, dan bisa tiba-tiba menjadi orang yang seolah memiliki segalanya tanpa ia harus bekerja. Kau paham sekarang bagaimana perasaanku?!
          Namun, mengapa aku begitu memperhatikannya? apa kau bisa menjawab kebingunganku ini kawan? Aku selalu memperhatikannya, bahkan aku kira aku sudah seperti memiliki radar untuk mendeteksi keberadaannya. Entahlah! ah aku ingat suatu pagi, dia datang dengan pakaian yah yang lusuh, dengan kulitnya yang hitam itu, Ibu itu membawa seorang anak dalam gendongannya dan seorang anak lagi mengikutinya berjalan di belakangnya. Dia meminta-minta kepada mahasiswa-mahasiswa sejawatku kawan! "Oh Tidak!" teriak batinku, kenapa dia membawa anak-anak dengannya? apakah mereka anaknya? apa tujuannya membawa mereka? apa untuk memancing iba? "Aku tidak akan terpancing" bisikku sendiri. Tapi yang membuatku tidak habis pikir adalah dia meminta-minta di depan anaknya! Apa dia gak malu anaknya tau kalo ibunya itu clamit? Atau ibu itu bangga kalo dia itu pekerjaannya peminta-minta? Aku tak mau memikirkannya lagi! dan segera aku mempercepat langkahku menuju kelas kuliahku nanti.
          dan kawan, apa kau percaya bahwa baru saja aku memutuskan untuk membantunya lagi? setelah semua pikiranku, pikiran negatifku tentangnya, percayakah kau? yah kau dengar kawan, aku baru saja berbicara dengan ibuku, kau tau, aku berbicara macam-macam dengan tawa, kadang serius kadang aku bercanda. Itu sangat menyenangkan, hingga kemudian aku bicara tentang itu kepada ibuku. Beliau ibuku hanya menjawab "Kenapa harus banyak mikir kalo mau bantu? Mungkin ada alasan yang membuat dia menjadi seperti itu, yang membuat dia berlaku seperti itu... kamu ndak usah mencari alasan rasional untuk membantu, tidak usah perhatikan latar belakangnya, cukuplah berpikir 'kalo saya punya dan bisa bantu akan saya bantu, kalo ndak ya ndak bisa, mau apa yang sebenernya kejadian sama dia, dia sendiri yang nanggung, yang penting sini ikhlas' dan ah kamu anggap aja dia itu ibu (aku)" kemudian ibuku pamit untuk tidur dulu dan kini mulailah aku menulis untukmu kawanku,
           Ah kau tidak ngantuk bukan baca ceritaku yang panjang ini, dan rasanya aku mendapat banyak pelajaran penting kali ini, bahwa aku dan kamu tentunya harus membuat moral masyarakat di Negeri Indonesia kita ini tumbuh sebagai pekerja keras selama ia mampu. Jadi nggak mental pengemis gitu. Dan ah, you have to help people if they need your help, and don't even bother to think about what is the reason behind their back. 
wah panjang juga kawan, maaf kalo kamu bosen, itu salah satu rahasia dibalik ketiakku dan masih banyak lagi yang aku ingin ceritakan ke kamu looh.. hehe. So.. I wait your letter, and I'll write you more


(Erda Adhitya Budhi)

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Translate

Popular Post

Followers

pageviews

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © 2013 sekedar tulisan -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -